Sunday, October 25, 2015

Pacarku Tetanggaku Part 2

Aduh maaf nih, baru ngepost lagi. Biasalah males banget buat buka ini tuh :v
Happy reading ajh ya !

Hari sudah sore, tapi Azmi masih diam mematut di depan kaca dengan
pakaian seragam sekolahnya. "Apa sih ya kurang?" gumamnya.
“DOR!”
Tiba-tiba datang suara dari belakangnya.  “Brengsek lo! Ngagetin gue aja, gimana kalau gue kena serangan jantung, mau tanggungjawab lo?” seketika Azmi terlonjak kaget akibat suara barusan.. “Santai dong non, habisnya dari tadi gue manggil lo tapi lo nya gak nyahut-nyahut. Akhirnya gue masuk aja, eh ternyata lo lagi ngelamun ya? Ngelamunin apa non?” tanya Rifki sambil duduk di pinggir tempat tidur Azmi. "Ralat ya, bukan ngelamun tapi gue lagi ngaca nih." sangkal Azmi. "Liat apaan?" tanya Rifki lagi. "Ya liat muka gue yang cantik ginilah, gimana sih." jawab Azmi yang mulai jengkel. "Ceilah cantik nih, tapi sampai sekarang ngejomblo mulu." ujar Rifki seraya menjulurkan lidah. "Ralat lagi ya, bukan jomblo tapi single. Jomblo sama single itu beda tahu." sangkal Azmi lagi. "Beda dari mananya? Orang sama-sama gak punya pacar." ujar Rifki dengan nada melengking. "Dengerin baik-baik ya, jomblo itu nasib but single itu prinsip!" Azmi keukeuh gak mau ngalah. "Iyalah terserah lo aja deh." akhirnya Rifki yang angkat tangan.
"Btw, tumben lo kesini?" tanya Azmi mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kangen aja." jawab Rifki yang seketika membuat Azmi melongok kaget. "Kenapa? Jangan mikir yang macem-macem deh. Kita ini temenan udah dari bayi, Mi." lanjut Rifki seperti mengerti apa yang dipikirkan sahabatnya itu. "Hehe sorry." ujar Azmi. "Nginep di rumah gue yuk, bokap sama nyokap belum balik-balik dari Bandung. Mumpung sekarang malem Minggu gimana?" tawar Rifki. "Mmm, gue minta izin dulu sama nyokap ya."  "Gak minta izin juga udah dibolehin kali." cibir Rifki. "Siapa tahu sekarang gak diizinin." ujar Azmi seraya pergi meninggalkan kamarnya. Tak perlu menunggu lama, Azmi sudah siap dengan segala peralatannya.
"Berangkat sekarang yuk. Gue udah siap." ujarnya.
"Cepet banget, kapan beres-beresnya?" tanya Rifki sedikit keheranan. "Cuma handuk sama peralatan mandi doang." jawab Azmi.
"Baju ganti?"
"Udah gue siapin tuh."
"Kapan nyiapinnya?"
"Bawel banget ih, buruan yuk keburu sore nih." ujar Azmi seraya pergi meninggalkan kamar disusul oleh Rifki.


“Lo mau minum apa?” tanya Rifki ketika sudah tiba rumahnya, ya berhubung rumah mereka berdekatan hampir berimpitan malah, Azmi mau nginep berapa hari juga gak bakalan dimarahin sama orang tuanya. “Gak usah repot-repot, gue cuma minta sirup doang. Eh, sama cemilannya jangan lupa laper banget nih, habisnya dari tadi gue belum makan.” jawab Azmi sambil mengelus-elus perutnya. “Kampret lo, ngerepotin gue aja.” gerutu Rifki sambil berjalan ke arah dapur, Azmi hanya tertawa cengengesan.
Selang beberapa menit Rifki membawa beberapa makanan dan minuman di atas nampan. “Lama banget sih gue udah mau mati kelaparan nih, habis ngapain aja sih lo.” sambut Azmi seraya menyambar minuman yang masih di atas nampan. “Eeeh, tamu yang gak punya sopan santun!” seru Rifki. “Biarin!” Azmi lalu mencomot kue yang dibawa Rifki barusan.
“Temen gue malu-maluin banget ih.” sahut Rifki. "Eh masa temen doang sih?" seru Azmi disusul dengan muka ditekuk. "Aduh gue salah ngomong ya? Terus lo maunya apaan? Pembokat gitu?" tanya Rifki.
"Ya elo, bilang sahabat aja susah banget." jawab Azmi
"Iya deh iya, sahabat gue." ujar Rifki dengan tersenyum geli.
"Btw mau ngapain nih? Bosen kalau gini mulu." kata Azmi mengalihkan pembicaraan.
"Habisin dulu aja tuh makanan." seru Rifki, dengan senang hati Azmi menghabiskan semua makanan yang dibawakan Rifki barusan.
"Udah kenyang?" tanya Rifki ketika makanan di depannya ludes tanpa ada sisa sedikitpun.
"Banget! Eh gue mau mandi dulu nih, awas lo kalau ngintip!" seru Azmi galak.
"Yey siapa juga yang mau ngintip, mesum mulu yang dipikirin." kata Rifki sambil melengos pergi, sementara Azmi hanya cengengesan.

Langit mulai gelap dan matahari sudah pulang keperaduan garis horizon. Memantulkan sedikit sinar dari matahari, bulan terlihat redup di balik awan keabu-abuan. Bercampur dengan jingga lampu jalanan. "Indah banget ya." ujar Azmi dengan senyum mengembang di wajahnya. "Heeh." sahut Rifki singkat.
"Kenapa lo?" tanya Azmi.
"Gak papa, kenapa emang?" Rifki balik bertanya.
"Ya beda banget gak kayak biasanya."jawab Azmi sembari memalingkan wajah kearah Rifki.
"Oh." ujar Rifki datar.
"Yaelah lo kenapa sih?"
"Nih ..." ujar Rifki seraya menyodorkan HPnya. Dengan penasaran, Azmi merebut HP dari genggaman tangannya.
"Lo diputusin?" seru Azmi yang diiringi dengan anggukan dari Rifki. "Pantesan diam mulu. Udah dong masa gara-gara putus cinta lo jadi gini? Gue aja yang jomblo dari bayi gak papa, gak asyik ah!" gerutu Azmi.
"Ya tapi kan gue udah sayang banget sama dia, pas masuk SMP kami pacaran. Gimana gak sayang coba?" Rifki sensi mendengar keputusan dari Azmi.
"Ya maksud gue bawa happy aja dong. Bulan depan kita udah mulai ujian lho, fokus dong!" ujar Azmi seraya menepuk punggung Rifki.
"Iya gue tahu, tapi gue gak ngerti kenapa si Rini tiba-tiba mutusin gue kayak gini. Gak ada angin gak ada badai!"
"Dia mau fokus buat bulan depan kali." ujar Azmi diiringi tawa cekikikan.
"Lucu ya?"
"Bukan gitu, ya enggak bangetlah kalau misalkan gara-gara ujian."
"Itu kan menurut lo, bego banget sih."
"Iya deh sorry, niatnya gue mau ngelawak tapi gak lucu ya?" tanya Azmi sambil menggaruk-garuk kepala yang gak gatal
"Garing malah ..." jawab Rifki. "ngegame aja yuk! Obat patah hati buat gue." lanjutnya seraya menarik Azmi masuk ke dalam rumah.